Tuesday, April 12, 2011

4 Manfaat Membedong Bayi

Ibu-ibu jaman dulu membiasakan untuk membedong bayi yang baru lahir. Hal ini dilakukan konon bertujuan agar kaki bayi tersebut tak berbentuk huruf O ketika besar nanti. Padahal, tujuan itu tidak selamanya tepat karena kaki berleter O tidak melulu disebabkan oleh tidak dibedongnya sang anak ketika masih bayi. Lagipula, kaki bayi yang terlihat seperti melengkung ke dalam adalah hal yang wajar terjadi karena pada saat masih dalam kandungan posisi sang bayi meringkuk. Jadi, dibedong atau tidaknya bayi tidak akan berpengaruh sama sekali pada kondisi kakinya ketika besar nanti.

Namun, meskipun bedong bukanlah untuk mencegah kaki bayi agar tidak membentuk hurup O, bukan berarti tak ada manfaat sama sekali dari kebiasaan membedong ini. Di bawah ini beberapa manfaat yang bisa didapat dari kebiasaan membedong bayi.


  1. Mengatasi refleks kejut dan refleks moro
    Refleks kejut dan refleks moro adalah satu refleks tiba-tiba (menggeragap) yang biasa dialami oleh bayi yang baru lahir. Refleks ini biasanya terjadi saat bayi sedang dalam keadaan tidur lelap. Tiba-tiba saja bayi akan menggeragap dan menangais. Hal ini tentu saja akan mengganggu tidurnya. Dan salah satu untuk meredam efek ini adalah dengan membedongnya. Bayi yang tidur dalam keadaan terbedong ketika mengalami refleks kejut biasanya akan tertidur kembali karena bedong membuatnya merasa seperti asedang dipeluk.

  2. Mempermudah ketika menyusui
    Menyusui bayi yang baru lahir adakalanya memerlukan teknik-teknik tersendiri, apalagi jika ibu yang menyusui merupakan pengalaman pertama kalinya. Seringkali, karena keadaan bayi yang terus bergerak makin menyulitkan sang ibu muda untuk menyusui bayinya tersebut. Dengan membedongnya, bayi akan relativ lebih tenang dan membuat proses belajar menyusui ini lebih lancar.

  3. Untuk menenangkan bayi
    Bayi yang sedang kolik biasanya akan sangat rewel dan susah sekali untuk diam. Dengan membedongnya, membuat sang bayi lebih muda untuk dikendalikan dan ditidurkan.

  4. Mengurangi resiko terjadinya SIDS
    SIDS yang merupakan kepanjangan dari Sudden Infant Death Syndrome merupakan keadaan bayi yang meninggal mendadak akibat posisi bayi yang salah dan sebagainya saat tidur. Dengan membedongnya, bayi akan berada dalam posisi yang benar yakni tidur dalam posisi terlentang, yang pada akhirnya mengurangi resiko bayi mengalami SIDS.

Wednesday, April 6, 2011

Kebiasaan Hisap Jempol si Buah Hati dan Dampaknya terhadap Gigi

Oleh : drg. Martha Mozartha

Orang tua yang memiliki anak batita atau balita sering kali bertanya-tanya apakah kebiasaan menghisap jari adalah hal yang normal pada anak, dan terkadang bingung bagaimana cara menghentikannya, atau dibiarkan saja hingga berhenti dengan sendirinya seiring anak beranjak besar.

Anak menghisap suatu benda tertentu karena gerakan menghisap adalah salah satu refleks alami bayi. Saat ia bertambah usia, si anak mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan tersendiri saat ia menghisap sesuatu, bisa jempol, jari, lengan, bibir, dot, atau benda lain. Efek menenangkan ini cukup dahsyat rupanya, hingga banyak bayi yang terbiasa menghisap jari terlebih dulu untuk bisa terlelap. Anak juga menghisap untuk mencari kenyamanan saat ia sedang lapar, rewel, takut, atau bosan. Sedikit demi sedikit, kebiasaan menghisap ini akan ditinggalkan oleh si anak, dan umumnya sudah berhenti sama sekali saat anak berusia lebih dari 3 tahun.

Apa masalah yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap jempol ini?

Menghisap jempol adalah salah satu dari kebiasaan anak yang dapat menyebabkan maloklusi (gigi dan rahang dalam posisi yang tidak normal), kalau hal ini dibiarkan terus hingga anak melewati masa batita. Gigi anak dapat menjadi maju, atau dapat terjadi juga open bite yaitu saat rahang dikatupkan gigi belakang atas dan bawah sudah berkontak namun gigi depan atas dan bawah tetap terbuka.

Gmbr. Anak yang memiliki kebiasaan menghisap jari, terjadi open bite di mana gigi belakang terlihat sudah berkontak namun gigitan gigi depan terbuka, dan lidah terjulur ke depan.

Bahkan terkadang hingga menyebabkan perubahan bentuk langit-langit mulut karena tekanan jempol di daerah tersebut.

Rahang normal idealnya berbentuk U, lebar, dan tidak terlalu dalam, seperti pada gambar di sebelah ini. Bentuk rahang seperti ini didapati pada orang dewasa yang saat kanak-kanak diberi ASI.
Sebaliknya, rahang berbentuk V, sempit, dan dalam seperti pada gambar di sebelah ini umumnya didapat pada orang dewasa yang dulunya diberi susu botol atau terbiasa menghisap jempol.

Kondisi ini juga mencetuskan masalah bicara pada anak, misalnya anak tidak dapat mengucapkan huruf T dan D dengan benar, atau menjulurkan lidah keluar saat bicara atau mengucapkan huruf tertentu.

Umumnya maloklusi tersebut dapat baik dengan sendirinya, bila anak menghentikan kebiasaannya menghisap jari. Namun bila kebiasaan ini berlanjut lebih lama, maka besar kemungkinan di kemudian hari akan diperlukan perawatan orthodontik untuk memperbaiki masalah gigi yang ada.

Kapan kebiasaan menghisap jari mulai menimbulkan masalah?

Anak yang masih memiliki kebiasaan menghisap jari setelah ia berumur 4 tahun dengan intensitas atau frekuensi tinggi cukup beresiko tinggi untuk mengalami masalah gigi atau masalah bicara saat ia dewasa. Ada tiga hal yang paling menentukan tingkat keparahan masalah gigi dan mulut yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap jari ini, yaitu intensitas, frekuensi dan durasi penghisapan. Tekanan dan posisi jari saat menghisap juga turut mempengaruhi. Menghisap dot juga dapat memberi efek yang sama seperti menghisap jempol, namun sering kali kebiasaan menghisap dot lebih mudah untuk dihentikan.

Gambar : Ilustrasi anak yang memiliki kebiasaan menghisap jempol. Perhatikan jempol yang menghadap ke langit-langit, saat anak melakukan gerakan menghisap jempol tersebut akan memberi tekanan ke arah atas dan gigi depan, dan bagian bawah jempol akan menekan lidah sehingga mendoron gigi bawah dan bibir sedangkan dagu terdesak ke dalam. Akibatnya anak dapat memiliki profil muka yang cembung akibat gigi depan yang maju.

Anak yang terbiasa menghisap jempol atau menghisap dot umumnya lebih besar kemungkinan untuk memiliki wajah yang kurang proporsional saat remaja hingga dewasa, dibandingkan dengan anak yang diberi ASI dalam periode waktu yang cukup lama dan tidak pernah memiliki kebiasaan menghisap jari atau dot.


__________

Hasil copy paste dari:sini

Pseudocyesis; Merasa Hamil Padahal Tidak

Hamil palsu atau dalam bahasa medis disebut dengan istilah pseudocyesis ini adalah satu keadaan di mana seorang wanita yang sebenarnya tidak hamil tapi merasa bahwa dirinya hamil. Gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita pseudocyesis ini sendiri memang layaknya seperti orang hamil sungguhan. Tidak menstruasi, mengalami mual-mual (morning sickness), ngidam, membesarnya kelenjar payudara dan bagian perut dan sebagainya.

Meskipun memiliki gejala dan kebiasaan seperti layaknya ibu hamil, para penderita pseudocyesis (dikenal dengan sebutan pseudopregnancy) ini sama sekali tak ada janin di rahimnya, karena memang pada dasarnya dia tidaklah sedang hamil meskipun perutnya kian hari kian gendut seperti layaknya ibu hamil. Dan ketika di USG pun memang dalam rahimnya tidak ada apa-apa. Ini yang membedakan pseudocyesis dengan hamil anggur (Mola hidatidosa), karena untuk ibu yang mengalami hamil anggur, ketika di USG dalam rahimnya ada semacam gelembung-gelembung cairan bening seperti buah anggur atau gelembung udara.

Konon menurut beberapa penelitian, pseudocyesis ini penyebab utamanya adalah masalah emosional dan psikologis, seperti karena keinginan yang kuat untuk hamil, sehingga dirinya merasa mengalami proses kehamilan. Biasanya hal ini terjadi saat ada seseorang didekatnya ada yang sedang hamil. Hal inilah yang kemudian membuat ia seperti tersugesti bahwa dirinya pun sedang hamil.

Salah sebuah penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara pseudocyesis dengan kelenjar pituitary (pusat produksi hormon selama kehamilan). Ketidakseimbangan hormon ini sering dipicu oleh stres dan kecemasan, sehingga dapat menyebabkan perubahan emosi dan psikologis yang mengarah pada kepercayaan atas sesuatu yang sangat diharapkannya. Perempuan yang mengalami kondisi ini sudah seharusnya melakukan konseling karena memang penyebab utamanya adalah soal emosional dan psikologis.
Template by - Abdul Munir - 2008