Thursday, August 2, 2012

Tips Agar Si Kecil Tak Susah Makan

Adakalanya si kecil susah makan, dan lebih suka ngemil. Padahal untuk usianya makanan yang baik merupakan pendukung utama pertumbuhannya. Lalu bagaimana agar si kecil tak susah makan? Beberapa trik berikut dapat Anda terapkan agar si kecil tak lagi susah diajak makan.
  • Hargai selera makan si anak. Anak-anak, secara alami hanya akan makan ketika ia lapar. Jangan pernah memaksanya untuk makan ketika ia belum lapar. Apalagi dengan memaksanya dan atau memberinya hukuman ketika ia tak menghabiskan makanannya.
  • Jadwalkan jam makannya. Setiap hari Anda harus menjadwal jam makannya sesuai rutinitas makannya. Pastikan juga Anda tak memberikan makanan lain seperti susu, cemilan dan sebagainya sejam menjelang jam makannya tiba, agar bila jam makannya tiba, anak-anak benar-benar sedang dalam keadaan lapar.
  • Jangan memaksanya untuk menghabiskan makanan dengan porsi yang terlalu banyak. Secara alami anak Anda memiliki takarannya sendiri seberapa baniyak makanan yang bisa dihabiskannya. Toh kalaupun anak Anda merasa kurang secara otomatis dia akan meminta sendiri untuk menambah porsi makannya.
  • Hindari suasana serius, tapi santai. Caranya mudah saja, matikan televisi, singkirkan mainan anak, siapkan kesabaran, dan daya kreatifitas Anda. Lalu ajak si kecil untuk mengenal warna, bentuk, dan kegunaan makanan yang diasupnya. Anda bisa melakukannya sambil mendongeng untuk mengajak buah hati mengetahui kegunan makanannya, dan happ… makanan pun masuk mulutnya perlahan-lahan.
  • Sajikan manana yang menarik di mata si kecil. Ini hanya butuh sedikit kreatifitas saja. Anak-anak cenderung menyukai bentuk-bentuk yang lucu dan warna-warna yang cerah. Untuk warna Anda bisa menyajikan irisan wortel, jagung atau tomat dalam makanan si kecil. Sedangkan untuk bentuk, Anda bisa membuat makanan dengan bentuk yang lucu seperti misalnya, telur mata sapi yang di beri bentuk muka dengan tambahan mata dan mulut dari tomat atau timun.
  • Libatkan anak. Sesekali ajak buah hati Anda untuk membantu memilih bahan makanan di pasar atau super market. Ajaklah untuk mengambil sayur atau buah yang hendak diolah sebagai sajian makanannya. Setiba di rumah ajak si kecil untuk membersihkan bahan makanan dan membantu menyediakan tempat sajian. Hal tersebut niscaya dapat membantu anak Anda bersemangat menyantap hidangannya.
Selamat mencoba dan semoga momok anak yang susah makan alias picky eater tak lagi menghantui pikiran Anda. Bayangan buah hati tercinta kekurangan nutrisi maupun mudah terserang penyakitpun segera lenyap dari benak Anda. Semoga berhasil.

Harga Diri Pada Anak

Salah satu tolak ukur bahwa pengasuhan orang tua terhadap anak telah efektif adalah bila anak mampu mengembangkan harga diri yang sehat. Banyak masalah perilaku muncul pada anak berawal dari rasa harga diri yang rendah. Seperti disebutkan di sini, antara lain, perilaku terus menerus merasa diri tak mampu belajar, menuntut perhatian yang berlebihan dari orang lain, berbohong, atau justru tampil berlawanan seperti suka menyombongkan diri dan senang menyakiti hati orang lain. Harga diri (self-esteem) bukan sekedar berarti seberapa besar kita menyukai diri kita. Menurut Bettie Youngs dalam bukunya, How to Develop Self-Esteem in Your Child (1991), harga diri adalah suatu gambaran mengenai kombinasi nilai pribadi yang dipersepsikan oleh seseorang.

Harga diri merupakan kecenderungan untuk mengalami bahwa diri kita layak merasakan kebahagiaan, kesehatan dan kesejahteraan, rasa hormat, persahabatan, cinta, prestasi, serta kesuksesan. Sementara itu, Nathaniel Branden (dalam buku yang sama) melihat harga diri sebagai jumlah terintegrasi dari self-efficacy dan self-respect. Self-efficacy diartikan sebagai keyakinan pada kemampuan pada diri untuk berpikir kemudian menilai, memilih, dan memutuskan. Dengan kemampuan ini seorang anak dapat mengetahui dan memahami kepentingan ataupun kebutuhannya. Pengalaman self-efficacy menghasilkan rasa kendali atas kehidupan pribadinya. Self-respect berarti dukungan terhadap nilai-nilai seseorang. Merupakan sikap afirmatif terhadap hak untuk hidup dan bahagia, menuju kebebasan untuk menyatakan pikiran, keinginan, dan kebutuhannya. Pengalaman ini memungkinkan seseorang untuk saling memperhatikan dengan orang lain dan memungkinkan rasa tenang dalam berhubungan dengan mereka. Self-efficacy dan self-respect merupakan pilar ganda dari harga diri yang sehat. Jika salah satu tidak ada, harga diri menjadi terganggu.  

Pentingnya harga diri
Setiap orang ingin tahu bahwa dirinya mampu mengatasi berbagai tantangan hidup. Harga diri penting untuk kelangsungan hidup manusia secara psikologis, merupakan kemampuan untuk mendefinisikan siapa dirinya, kemudian memutuskan apakah dia menyukai identitasnya atau tidak. Lebih lanjut Youngs mengatakan, harga diri adalah pusat dari apa yang kita hasilkan dari kehidupan kita—menunjukkan kesetiaan dalam mengembangkan pribadi kita dan kepedulian terhadap orang lain. Merupakan inti dari apa yang akan kita capai dalam perjalanan hidup kita. Mungkin tidak ada yang dapat mempengaruhi kesehatan dan energy, ketenangan pikiran, penetapan tujuan hidup dan pencapaiannya, kebahagiaan batin kita, kualitas hubungan kita, kompetensi, kinerja, serta produktivitas, sebanyak kesehatan harga diri kita. Karena harga diri sangat penting bagi ikthiar manusia, kita perlu tahu bagaimana kita, sebagai orang tua, dapat mengasuh dan membantu anak-anak kita mengembangkan rasa diri yang akan menghasilkan kekuatan mental dan motivasi, menciptakan keinginan untuk sukses dan unggul, serta mengaktualisasikan potensi yang ada. Ini merupakan salah satu peran paling penting sebagai orang tua. Harga diri mempengaruhi segala sesuatu yang kita lakukan dan katakan karena perilaku kita konsisten dengan gambaran mental yang kita pegang dari diri kita sendiri. Hal ini berlaku untuk anak-anak ataupun untuk orang dewasa.

 Peran orang tua
Kita harus merasa mampu dan berarti dalam hidup ini. Pada anak-anak, kebutuhan ini lebih kuat karena mereka meyakini bahwa mereka hanya mempunyai sedikit kontrol atas kehidupan mereka. Anak kecil, misalnya, akan makan makanan yang telah disajikan, dan pergi ke tempat mereka di bawa oleh ibu dan ayahnya atau mengerjakan tugas yang diminta oleh guru. Karena itu, perlu ada cara untuk mengembangkan perasaan tersebut, salah satunya adalah membuat anak memiliki tujuan. Hal ini tentunya disesuaikan dengan usia dan kondisi anak. Sebagai orang tua, mengajarkan anak keterampilan untuk menetapkan tujuan dapat dimulai dengan menunjukkan bagaimana mengidentifikasi apa yang penting bagi dia kemudian mengembangkan rencana untuk mencapai tujuannya. Bahkan jika tujuan tersebut tidak segera tercapai karena berjangka panjang (memikirkan sepuluh tahun lagi ingin menjadi penyanyi professional), orang tua perlu terus memberi perhatian, memantau, dan menerima apa yang mereka telah perbuat serta capai. Menjadi tanggung jawab orang tua untuk memotivasi anak-anak dalam penetapan tujuan mereka karena, dengan melihat terpenuhinya tujuan-tujuan tersebut, anak akan membangun kepercayaan dan keyakinan diri, yang pada gilirannya membuat harga diri mereka meningkat dan terpelihara.  

Anak dengan harga diri tinggi
Youngs mengidentifikasi beberapa cirri anak yang mempunyai harga diri tinggi:
  1. Ada kesediaan untuk berpartisipasi, ingin bergabung dengan orang lain, merasa aman dengan kemampuan mereka untuk berhasil, atau paling tidak untuk mencoba bersenang-senang.
  2. Ada kesediaan untuk berbagi, senang berbicara tentang diri dan minat mereka.
  3. Punya kemampuan untuk menerima saran tanpa melihatnya sebagai kritik.
  4. Merasa nyaman dengan kesendirian mereka. Artinya, mereka tidak harus dikelilingi oleh orang lain setiap saat.
  5. Punya komitmen untuk mencapai sesuatu, ingin melakukannya dengan baik, dan tidak terintimidasi oleh tantangan untuk memahami sesuatu yang mereka belum mengerti. Mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri dan tidak cepat putus asa untuk menjadi seseorang yang lebih baik.
Singkatnya, seorang anak yang mencakup sifat-sifat tersebut mengembangkan perasan kuat dan rasa diri berharga yang membuat dia senang atau puas dengan dirinya. Ia terbuka, peduli, serta penuh rasa kasih dan sayang. Dia bangga dengan dirinya dan menyenangkan untuk berhubungan bersamanya. Dia juga akan “memperkaya” hidup orang tua dengan terus berkembang sepanjang hidupnya, dewasa dan stabil secara emosional.  

Sumber: Kompas, Minggu, 18 Maret 2012. Penulis: Agustine Dwiputri

Mendorong Minat Menabung Pada Si Kecil

Menabung pangkal kaya, begitulah pepatah lama mengatakannya. Dan memang, kebiasaan menabung sejak kecil, disamping untuk mendidiknya agar tak boros, juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan-keperluan si anak sendiri. Bagi orang tua yang memiliki penghasilan tidak dari satu satu sumber saja, misalnya disamping dari pendapatan si ayah, si ibu juga ikut bekerja, maka boleh jadi tak cemas dengan keadaan financial rumah tangganya. Namun, untuk keluarga yang hanya memiliki satu sumber pendapatan, apalagi pendapatan yang dihasilkan dari sumber tersebut tak seberapa jumlahnya, tentu harus lebih cerdik mengelolanya agar tak putus di pertengahan bulan.

 Dan salah satu pengelolaan keuangan keluarga, disamping kita sebagai orang tua harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, kita juga bisa melibatkan buah hati dalam pengelolaan keuangan keluarga. Hal ini disamping bermanfaat bagi cash flow keuangan keluarga, juga bisa digunakan sebagai sarana untuk mendidik buah hati tentang pengelolaan masa depan. Tentu saja, tingkat pelibatan ini harus sewajarnya saja, jangan sampai membebani anak-anak Anda dengan masalah financial keluarga.

Sebuah buku berjudul ½ Price Living, Rahasia Kehidupan Impian dengan Satu Pemasukan yang ditulis oleh Ellie Kay, menjabarkan tentang pentingnya berbagai pemahaman dengan anak mengenai kondisi keuangan keluarga. Orang tua dapat membantu anak mengatur anggaran untuk dirinya sendiri. Jika mereka mampu melakukannya, anak turut mendukung kestabilan keuangan keluarga. Orang tua bisa memotivasi anak, bila ia tak menghabiskan uang jajan, sisanya boleh ditabung. Dan uang tabungan itu bisa digunakannya kelak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

 Misalnya bila suatu saat anak Anda merengek minta dibelikan tas bermerk atau mainan canggih yang harganya lumayan mahal. Ajaklah si anak ngobrol santai namun bermakna, seperti misalnya menerangkan pada si kecil tentang perbedaan antara keinginan dengan kebutuhan. Terangkan juga padanya bahwa yang utama dari sebuah barang adalah fungsi, bukan merk. Bisa jadi, barang yang mahal kwalitasnya tak lebih bagus daripada barang yang harganya sedang-sedang saja. Namun, bila si kecil tetap bersikeras ingin barang dengan merk yang sama, ajak si kecil untuk mempunyai kebiasaan menabung. Kelak, dari hasil tabungannya ia bisa membeli barang tersebut dan orang tua akan menambal sisanya.

 Dari obrolan ringan tersebut, secara tidak langsung kita berbagi tanggung jawab mengenai masalah keuangan dengan si anak, dan secara tidak langsung bermanfat ganda. Selain membantu menghemat pengeluaran, hal ini juga dapat mengajari anak tentang nilai-nilai etos. Diskusi tentang cara mendapat uang untuk menabung juga perlu dilakukan. Orang tua dapat memancing ide dari anak-anak tentang kegiatan yang bisa mendatangkan uang tambahan. Misalnya, membuat kue kecil atau es mambo dan mendirikan kios kecil-kecilan untuk menjual kue-kue atau es buatannya.
Template by - Abdul Munir - 2008